Di Beranda Istana Alhambra (15 – Sosialisasi Gagasan ke Mahasiswa di Barcelona)
Menurut jadwal yang secara regular diedarkan oleh Takmir Musholla As Salam, waktu Subuh pagi itu pada pukul 6.45, karena itu aku dan Iqbal harus bangun dan mandi kemudian sarapan, sebelum melaksanakan waktu Shalat Subuh. Biasanya kami berdua shalat terlebih dahulu, lalu olahraga sampai matahri mulai nampak baru sarapan. Setelah itu pergi ke kampus.
Usai Shalat Subuh kami berdua mengambil koper masing-masing yang sudah disiapkan malam sebelumnya, dan dengan tergesa-gesa meninggalkan rumah menuju Halte yang biasa kami gunakan untuk menunggu Taxi. Sebetulnya tidak sulit untuk mendapatkan taxi di kota Madrid, akan tetapi kekhawatiran terlambat mendorong kami menuju Stasiun Atocha sedini mungkin.
Dari luar Stasiun ini nampak tua dan sederhana, akan tetapi ketika masuk di dalamnya ternyata luas sekali dan sangat modern. Bentuknya mirip dengan Stasiun Kota di Jakarta, akan tetapi lebih bersih, lebih besar, dan lebih mewah. Wajah lama bangunan yang didominasi dengan warna merah dipertahankan. Di bagian tengahnya dibuatkan taman dan dipenuhi tumbuhan beraneka ragam.
Perluasan dengan arsitektur modern nampak di bagian lain Stasiun ini yang pintu masuknya juga berbeda, meskipun di dalamnya terintegrasi. Stasiun ini mengalami renovasi besar-besaran, termasuk untuk membuat pangkalan kereta cepat yang berada di lantai satu yang berada di bawah tanah. Kereta cepat ini merupakan kereta cepat pertama yang dimiliki Spanyol, yang dibuat untuk menghubungkan kota Madrid dan Barcelona, menjelang Spanyol menjadi tuan rumah Olimpide 1992, yang diselenggarakan di Kota Barcelona.
Bila turun ke bawah lagi, maka kita akan menemui Stasiun Kereta yang disebut Metro, semacam Komuter atau KRL di Jakarta, yang menghubungkan Madrid dan kota-kota yang berada di sekitarnya.
Orang-orang lalu lalang dengan tergesa-gesa sembari membawa koper-koper besar beroda yang ditarik atau didorong. Suasananya mirip dengan bandara di Jakarta atau di Denpasar yang pernah aku lihat. Para calon penumpang laki-laki banyak memakai jas dan dasi yang di bagian luarnya di tutupi dengan overcoat atau jas tebal, sementara yang perempuan menutup rapat seluruh tubuhnya dengan pakaian tebal. Spontan aku berfikir, kapan stasiun-stasiun kereta di Indonesia seperti ini ?
Kereta Cepat Alta Velocidad Espanola (AVE) yang kami tumpangi mulai bergerak tepat pukul Sembilan. Kecepatan kereta berkisar antara 250 Km/jam sampai 300 Km/jam, sehingga jarak Madrid-Barcelona sejauh 550 Km ditempuh hanya dua jam lebih sedikit. Stasiun di Barcelona jauh lebih kecil dan lebih sederhana dibanding Atocha di Madrid.
Kami dijemput mahasiswa dan mahasiswi untuk berjalan mengelilingi kampus mereka : Universitas Barcelona (UB) yang masuk dalam peringkat 100 universitas terbaik di dunia. Ada sepuluh mahasiswa S2 dan S3 yang berasal dari UMY yang kuliah di sini, kata seorang Mahasiswi bernama Caesar Marga Putri yang mendampingi saya. Kampus UB berdampingan dengan Autonoma de Barcelona (UAB).
Setelah puas berkeliling kampus, Aku bertanya:”Kok ramai polisi berjaga di berbagai sudut jalan, mobil polisi juga berseliweran”.
P: “Oh sore ini ada pertandingan bola, antara Barca melawan Atletico. Mau nonton ?”, tanya Putri menawarkan.
A: “Nanti malam kan ada diskusi dengan para mahasiswa”, kataku mengingatkan.
P: “Serius amat”, komentarnya sambal tersenyum.
A: “Kau juga kok serius amat menanggapinya”, komentarku tak mau kalah.
Malam harinya aku dan Iqbal menuju Restoran Betawi milik perempuan Indonesia yang menikah dengan pria Spanyol.
P: “Ini anak saya”, kata Mpok Minah pemilik restoran sambal menunjuk anaknya yang sudah remaja sedang makan.
A: “Kok nggak ngambil ibunya sama sekali”, kataku menggoda saat melihat anaknya berhidung mancung dan berambut kekuningan.
P: “Perbaikan keturunan Mas”, katanya dengan suara khas perempuan Betawi.
A: “Bagaimana ceritanya dapat bule”, kataku sambal tersenyum dengan maksud menggodanya.
B: “Wah ceritanya panjang, yang pasti akunya yang ndablek”, katanya sembari bergerak lincah mesti sudah tidak muda lagi.
A:”Saya senang melihat restoran ini, berada di jalan raya, di pusat kota, tampilannya membanggakan, dan yang paling penting rasanya enak, kata teman-teman”.
B: “Sebentar lagi Mas akan membuktikan”, katanya sambil menunjukkan jempol kanannya.
Ada 28 mahasiswa yang hadir mewakili sekitar 150 WNI yang berada di Barcelona dan sekitarnya, yang tergabung dalam organisasi mahasiswa PPI dan PCIM, ditambah sejumlah pekerja professional, dan mereka yang dikirim berbagai perusahaan untuk mengikuti pelatihan di berbagai kampus yang berada di Barcelona dan sekitarnya, yang masuk wilayah otonomi Catalunya. Mahasiswa yang hadir merupakan bagian dari mahasiswa Indonesia di Spanyol yang jumlahnya secara keseluruhan sebanyak 85 orang.
Dihadapan mereka aku paparkan pentingnya mendirikan Diaspora Muslim Indonesia yang disingkat DMI. DMI bertujuan untuk memberdayakan WNI yang berada di Spanyol sebagai bagian dari instrumen diplomasi. Selain itu, kehadiran DMI diharapkan akan menjadi tali yang merajut berbagai organisasi yang menghimpun WNI yang berada di luar negeri, sebagai bagian dari langkah untuk mengamankan dan melindungi mereka dari berbagai faham ekstrim yang akan menyulitkan mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Konflik yang semakin parah di Timur Tengah telah menimbulkan perpecahan yang luar biasa di Dunia Islam. Dalam sejarah Islam belum pernah terjadi bencana kemanusiaan separah saat ini, sehingga menimbulkan gelombang pengungsi sampai jutaan orang, baik yang mengungsi di dalam negerinya sendiri, maupun ke luar negeri, termasuk yang membanjiri negara-negara Eropa. Aku sering menggunakan kata-kata retoris untuk menggambarkan situasi ini sebagai keadaan yang memilukan sekaligus memalukan.
Sejumlah WNI kini, juga terpengaruh dan terperangkap dalam dukung-mendukung kelompok -kelompok yang bertarung. Aku menegaskan bahwa mendukung salah satunya bukanlah pilihan, begitu juga berdiam diri bukan pula pilihan. “Karena itu sudah saatnya kita tampil aktif, tidak pasif seperti sementara ini. Tampil high profile, tidak low profile seperti selama ini, dan tampil ofensif, tidak defensif seperti saat ini”.
Sebenarnya aku juga ingin menyampaikan bahwa saat ini terbuka peluang bagi Indonesia untuk tampil memimpin Dunia Islam, mengingat reputasi internasional yang dimilikinya, baik terkait dengan konsistensinya mendukung Kemerdekaan Palestina, juga cara pendekatannya terhadap berbagai persoalan global yang mengutamakan penggunaan persuasif, mencari jalan tengah atas setiap konflik, yang diharapkan bermuara pada perdamaian, serta penggunaan pendekatan soft power, bukan hard power seperti kebanyakan negara di Timur Tengah.
Karena itu, Aku berkeyakinan jika Indonesia yang memimpin Dunia Islam, maka mayoritas negara Muslim akan bisa menerimanya, sementara Dunia Barat juga senang. Diharapkan dengan kepemimpinan Indonesia, maka Dunia Islam akan lebih tentram dan damai. Sedangkan dunia Barat akan merasa ancaman yang ditakutkan akan hilang. Namun melihat situasinya belum matang, maka gagasan bagian terakhir ini aku tunda untuk menyampaikannya, biarlah nanti sesudah DMI terbentuk dan mereka siap, baru aku akan sampaikan kepada mereka secara bertahap.
Alhamdulillah gagasanku mendapatkan respon positif, meskipun demikian masih banyak hal yang tampaknya masih belum jelas di mata mereka. Hal ini terlihat saat dialog yang dilakukan sambal santap malam.
M: “Bagaimana bentuk organisasinya ?”, tanya seorang mahasiswi.
A: “Organisasi modern di era digital umumnya bersifat horizontal, hubungannya antara pengurusnya equal, tidak atas-bawah sebagaimana organisasi konvensional. Juga tidak terlalu dibelenggu birokrasi, dengan hubungan yang egaliter. Menurut saya biarlah nanti ia menemukan bentuknya sendiri.”
M:”Lalu bagaimana hubungannya dengan berbagai organisasi yang sudah ada, seperti PPI misalnya ?”, tanya seorang mahasiswa perwakilan PPI.
A: “Gagasan mendirikan DMI sebetulnya terinspirasi oleh gagasan Diaspora Indonesia yang dimotori Dino Patti Djalal saat beliau menjadi Duta Besar di Washington, DC. Diaspora Indonesia sukses besar, hanya saja ia baru menjangkau kelompok elite dan wilayah yang dijangkaunya hanya di kota-kota besar di Amerika, Canada, Eropa Barat, plus Australia. Sementara kelompok menegah bawah kurang mendapatkan perhatian, terutama yang berada di kampus-kampus di Timur Tengah. Untuk mengisi kesosongan inilah DMI hadir.
A:”Terkait dengan hubungannya denagn organisasi-organisasi yang ada, ia hanya akan mengintegrasikannya atau berfungsi sebagai mediator agar semua bisa digerakkan secara terorganisir, dan programmnya tidak parsial atau sporadis, meskipun masing-masing bisa tetap bergerak secara leluasi sesuai dengan kompetensi dan minatnya masing-masing. Dengan demikian, diharapkan nantinya bisa mengangkat nama Bangsa dan Negara di pentas global. Kita sudah waktunya berubah dari objek menjadi subjek”.
M: “Bagaimana dengan wilayah kerjanya ?”.
A: “Kita mulai dari Spanyol, kalau sukses, kemudian Kita kembangkan ke seluruh Kawasan Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah,”
Diskusi berlangsung sampai larut malam, sampai melewati jam operasional Restoran. Meskipun demikian, Mpok Minah ikut nimbrung sebagai pendengar, dan wajahnya cerah karena restorannya dipenuhi oleh anak-anak Indonesia.
Keesokan harinya, sesudah sarapan aku dan Iqbal yang dipandu oleh seorang Guide asal Indonesia Bernama Fahmi mengelilingi Kota Barcelona. Kami diajak menuju pantainya yang landai, “di musim dingin pantai ini sepi, tetapi di Musim Panas pantai ini ramai sekali oleh pengunjung yang mandi atau sekedar berjemur menikmati hangatnya matahari”, kata Fahmi.
Aku perhatikan pantainya yang indah berdampingan dengan Pelabuhan yang diisi oleh kapal-kapal mewah yang disebut “yacht” dengan berbagai ukuran yang ditambatkan berjajar rapi. Di kejauhan nampak di parkir kapal pesiar yang menyerupai hotel raksasa yang bergerak, sebelumnya kapal seperti ini hanya aku lihat di gambar atau film. Pelabuhannya nampak bersih sekali. Menurut Fahmi, kota ini merupakan Kota Pantai terindah di Spanyol.
Kami lalu bergerak menjauhi pantai, terlihat Patung Christopher Columbus berdiri gagah di ketinggian, ditopang oleh sebuah pilar yang diletakkan di simpang jalan, sedang mengarahkan telunjuknya ke India. Ia sesungguhnya seorang pelaut asal Italia, akan tetapi difasilitasi oleh Ratu Isabella pada tahun 1492, dengan cara menjual seluruh perhiasannya, untuk berlayar ke India sebagai pusat rempah-rempah pada waktu itu.
Dengan menggunakan jalur berbeda kearah Barat yang diyakini akan lebih pendek dari jalur konvensional kearah Timur, setelah muncul keyakinan bahwa bumi kita bulat, tidak datar seperti teori sebelumnya.
Columbus kemudian mendarat di Benua Amerika yang ia kira India. Hal inilah yang menyebabkan penduduk aslinya kemudian disebut suku Indian. Perjalanan Columbus ini kemudian membuka jalan bagi Bangsa Spanyol untuk menguasainya. Tercatat oleh sejarah bahwa penemuan benua ini, kemudian mengantarkan kegemilangan dan kemakmuran Spanyol sebagai salah satu bangsa besar di dunia.
Kota Barcelona mirip dengan Semarang, disamping memiliki pantai juga berada di kaki bukit. Kami lalu bergerak kearah dataran tingginya. Stadion Estadio Olimpico Lluis Companys tempat diadakan upacara Pembukaan dan Penutupan, saat Spanyol menjadi tuan rumah Olimpiade tahun 1992, berada di bagian dataran tinggi ini. Aku teringat saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan, dan bendera Merah-Putih dinaikkan, ketika Alan Budikusuma dan Susi Susanti mempersembahkan mendali Emas dari cabang Bulutangkis.
Saat itu aku hanya menyaksikannya dari siaran langsung yang ditayangkan oleh salah satu saluran TV. Kini aku melihat wujud asli stadionnya, Alhamdulillah Kuungkapkan puji dan syukur. Hampir seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan berada di kompleks olahraga yang sangat luas dan megah di area ini. Sampai kini nampak kompleks ini terawat dengan baik.
Kami terus bergerak dengan menggunakan mobil ke dataran yang lebih tinggi lagi, tampak Museum bernama Museo Nacional d’Art de Catalunya, yang berarsitektur Romawi megah dan indah sekali. Kami bertiga kemudian berjalan kaki kearah depannya. Ramai sekali turis yang lalu lalang di jalan-jalannya yang sangat rimbun dan tertata baik. Saat sampai di gerbang depannya, diantara anak tangga yang sangat curam banyak sekali orang mengambil foto, diantara mereka yang duduk memandang ke bawah.
“Subhanallah…!.”, saat aku menoleh ke Kiri, nampak seluruh Kota Barcelona yang dihiasi berbagai bangunan baru dan lamanya. Air dialirkan dari atas ke bawah diantara tangganya yang dibuat berjenjang sampai ke bawah. Dari posisi ini orang bisa turun melalui anak tangga yang lebar sekali yang di bagian tengahnya terdapat taman dan aliran air yang dijatuhkan berjenjang sehingga menimbulkan suara gemericik yang khas.
Barcelona seperti pada umumnya kota-kota yang berada di wilayah Utara Spanyol, didominasi oleh berbagai bangunan berarsitektur Romawi, dan hampir tidak terasa pengaruh Islam dan Arab di wilayah ini, sebagaimana di wilayah Selatan. Menurut Iqbal, tentara Romawi saat memasuki wilayah Spanyol datang dari Utara dan mengendalikannya dari kota-kota di Utara, sementara Bangsa Arab datang dari Selatan dan mengendalikan seluruh wilayah ini dari kota-kota bagian Selatan.
Karena itu, Toledo yang berada di Tengah menjadi Melting Pint, tempat bertemunya budaya dan agama yang berbeda, yang sampai saat ini masih bisa dirasakan baik dalam bentuk tradisi ataupun bangunan-bangunan yang ditinggalkan. Ada bekas masjid besar dengan arsitektur kombinasi Spanyol-Arab di pusat kota lama yang kini difungsikan sebagai gereja. Di tempat ini juga terdapat Sinagog yang menjadi rumah ibadah penganut Yahudi, disamping Katedralnya yang sangat terkenal dan bersejarah.