Kisah Perjalanan Legenda Pebalap Sepeda (Bagian-1) : Pengorbanan Puspita Mendirikan Paracycling Indonesia
JakCityNews (Jakarta) – Tatkala Indonesia sebagai tuan rumah Asian Para Games 2018, nama Puspita Mustika Adya kembali muncul. Lewat sentuhan legenda pebalap sepeda Indonesia yang mengantongi sertifikat kepelatihan high level coach organisasi balap sepeda internasional (UCI), Tim Paracyling Indonesia mampu menyumbangkan 1 medali emas, 8 perak, dan 8 perunggu.
Yang lebih mengesankan lagi, Puspita mampu memunculkan nama Muhammad Fadly Immamuddin (sesuai KTP/paspor). Mantan pebalap motor yang kaki kirinya diamputasi akibat tabrakan di arena sirkuit ini mengukir tinta emas dengan menjadi satu-satunya atlet paracyling meraih medali emas di ajang pesta olahraga atlet disabilitas Asia itu.
Berkibarnya cabang olahraga paracyling itu tidak datang begitu saja melainkan lewat perjuangan Puspita Mustika Adya yang ditunjuk sebagai Ketua Komite Paracyling Indonesia di Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI) di bawah kepemimpinan Raja Sapta Oktohari.
Puspita bersama istrinya, Riries Widya mendirikan paracycling di Indonesia dari tahun 2016-2017. Keduanya, mulai mendata atlet paracyling yang bakal direkrut termasuk M Fadly.
“Istri saya, Riries Widy sempat menjual rumah miliknya pada tahun 2016 untuk biaya pendirian paracyling Indonesia dan juga untuk membiayai perjalanan atlet paracyling binaan tampil di berbagai event,” kata Puspita Mustika Adya yang dihubungi baru-baru ini.
“Saya masih ingat waktu kami mendirikan paracycling ada yang pesimistis. Tetapi, saya tetap mendorong Puspita untuk mewujudkan impiannya ingin mencetak atlet paracyling berprestasi dan membawa harum nama bangsa dan negara. Dan, saya dengan Puspita yang mendatangi M Fadly ke rumahnya di Sentul agar mau bergabung dengan Tim Paracycling Indonesia,” timpal Riries Widya.
Saat itu, Puspita dan Riries Widya memang dihadapkan dengan tantangan yang berat. Apalagi, keduanya nekad menggelar Trainning Camp (TC) bagi atlet paracycling dengan menggunakan dana pribadi dan sebagian dukungan sponsor. Namun, usaha dan keikhlasan mereka berbuah hasil.
Mantan pebalap motor M Fadly yang dibina Puspita secara serius di Velodrom Solo, Jawa Tengah, mampu menempati peringkat empat pada Kejuaraan Paracycling Asia 2017. Padahal, M Fadly tercatat sebagai atlet paracyling pertama Indonesia yang tampil di ajang event Paracyling Asia.
Tidak hanya sampai di situ saja. Pada ASEAN Para Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia, Puspita dengan keyakinannya berani memberangkatkan 4 atlet paracycling yakni Dewi, Wayan Damai, M Fadly dan Saori tanpa TC.
“Kami hanya berbekal surat mandat NPC Indonesia dengan sangu doa dari Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI). Alhamdulillah, Tim Paracycling Indonesia mampu menyumbangkan 2 emas, 3 perak, dan 7 perunggu bagi Kontingen Indonesia. Ini sebuah berkah dari Allah SWT,” ungkapnya. (Azhr)