Anggota DPR Misbakhun : APBN 2025 Bangkitkan Optimisme Pasar

Anggota DPR Misbakhun (tengah), pengamat kebijakan publik Andrinof Chaniago (kanan) dan moderator Erwin Siregar (kiri) (Foto : Ist)

Jakarta (JakCityNews)–Anggota Komisi XI DPR Misbakhun mengatakan postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2025 memberikan optimisme pada pasar, khususnya bagi generasi muda untuk masa depan menuju Indonesia Emas 2045.  Pasalnya APBN menekankan terciptanya SDM unggul melalui tambahan makanan bergizi gratis senilai Rp71,8 triliun yang dialokasikan pada anggaran Pendidikan sebesar 20 persen atau sebesar Rp77,8 triliun.

“Suatu keniscayaan pembahasan APBN 2025 ini sama seperti 2015, karena dibahas oleh pemerintahan transisi Jokowi, tapi dilaksanakan pada pemerintahan Prabowo-Gibran, ”  ujar Misbakhun dalam Forum Legislasi bertema ‘Mengupas RAPBN Tahun 2025’ di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Politikus Partai Golkar itu menambahkan karena RAPBN dibahas oleh pemerintahan transisi Jokowi, tapi dilaksanakan pada pemerintahan Prabowo-Gibran sehingga dinamai APBN transisi. Hal ini juga sebagai bentuk proses ketatanegaraan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.

“Kalau ada yang kurang dalam pelaksanaan program APBN 2024, selanjutnya Prabowo-Gibran harus memperbaiki mengingat hanya melalui intervensi negara perekonomian negara ini bisa baik, ” katanya.

Misbakhun meyakini seperti di negara maju lainnya, dengan makan gratis selain akan tumbuh generasi yang sehat, kuat dan cerdas, juga dapat membangun kebersamaan, gotong-royong, memutus kelas sosial di masyarakat, dan sebagainya.

“Saya yakin dengan makan gratis ini akan ada perbaikan pada 20 tahun mendatang menuju Indonesia Emas 2045. Soal hutang luar negeri mencapai Rp6.584 triliun, saya yakin Indonesia di negara-negara G20 dinilai bagus pertumbuhan ekonominya, akan mampu membayar utangnya. Semua negara punya utang, ”  ujarnya.

Sementara Pengamat Ekonomi/Kebijakan Publik, Andrinof A Chaniago menjelaskan cara melihat APBN selalu jangka pendek dan karena indikasi makronya lebih banyak untuk stabilitas fiskal. Ia menilai sedikit sekali melihat APBN untuk jangka panjang dan serius, yakni bagaimana belanja investasi dan modal tumbuh sehat dan berkualitas.

“Kalau ingin menuju Indonesia emas, maka perlu dirumuskan lagi, apa yang disebut Indonesian Emas, dan kelas menengah sosial itu seperti apa dan sebagainya, ” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.