Tamsil Linrung Dorong Pemuda Parlemen Indonesia Wujudkan Demokrasi Produktif

JakCityNews (Jakarta) – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Tamsil Linrung mengatakakn pentingnya peran pemuda sebagai energi moral bangsa yang harus mengarahkan semangat dan keberanian mereka pada pembangunan politik yang bermakna.
Menurut Tamsil Linrung, parlemen bukan sekadar lembaga politik, melainkan juga institusi pemikiran yang menjadi “otak bangsa”. Parlemen adalah tempat ide dan nurani bangsa disatukan untuk kemudian diformulasikan menjadi kebijakan yang berpihak kepada rakyat.
“Eksekutif mungkin menggerakkan tangan bangsa, tetapi parlemen sejatinya menggerakkan pikirannya. Di sinilah moral publik diuji, dan kebijaksanaan kolektif ditempa. Pikiran yang lahir di parlemen harus bersumber dari denyut kehidupan rakyat,” ujar Tamsil dalam rilisnya di Jakarta, Senin (27/10/2025).
Saat membuka Konferensi Pemuda Parlemen Indonesia (PPI) Tahun 2025 di Jakarta, Kamis (23/10/2025) lalu, Tamsil menegaskan Pemuda Parlemen Indonesia merupakan wadah strategis bagi generasi muda untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, berdialektika, serta membangun budaya politik yang sehat dan beretika.
Forum seperti ini, lanjutnya, menjadi laboratorium berpikir bagi para pemuda untuk mengembangkan argumentasi, menghargai perbedaan, serta menumbuhkan kedewasaan politik.
“Politik yang sehat lahir dari perdebatan yang sehat. Perdebatan bukan pertengkaran, tetapi jalan akal menempuh kebenaran. Dari perdebatan lahir pengetahuan, dari pengetahuan tumbuh kebijakan, dan dari kebijakan hadir keadilan,” tambahnya.
Dalam sambutannya, Tamsil juga mengutip pandangan Mohammad Hatta dalam buku Demokrasi Kita, bahwa demokrasi sejati adalah demokrasi yang produktif dan substantif, bukan sekadar demokrasi yang ramai di ruang perdebatan dan pemilu.
Menurutnya, demokrasi yang produktif adalah demokrasi yang melahirkan kesejahteraan dan didasari oleh semangat gotong royong.
“Gotong royong bukan sekadar warisan sosial, melainkan prinsip politik yang paling mendasar. Demokrasi tanpa gotong royong akan menjadi arena kompetisi yang individualistik, ” ujarnya.
“Namun, demokrasi yang berjiwa gotong royong akan menjadi taman kolaborasi yang menumbuhkan kesejahteraan bersama,” lanjutnya. (Tim)
