Gus Muwafiq : Moderasi Beragama Untuk Kedamaian Dan Keutuhan NKRI
JakCityNews (Bogor) – Indonesia adalah negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, bahasa, pulau, dan sebagainya, dalam naungan Garuda Pancasila. Karena itu, bila tidak ada tempat di Indonesia bagi kelompok atau orang yang ingin mendirikan khilafah, karena sejatinya khilafah itu adalah diktator. Untuk itulah, di era sekarang ini para kiai dan ulama harus menggaungkan moderasi untuk menciptakan perdamaian dan memperkuat persatuan NKRI.
“Kiai harus bicara moderasi beragama, soalnya kalau kita tidak damai, apalagi sampai terjadi konflik, kehidupan akan berhenti. Pengusaha dan pasar tidak terserap. Makanya kedamaian itu penting dan moderasi beragama adalah langkah untuk menciptakan perdamaian bersama. Kita boleh berbeda dalam hal apapun, tapi yang kita pijak adalah bumi yang sama, dan tanah air yang sama,” kata KH Ahmad Muwafiq di Bogor, Senin (13/12/2021).
Gus Muwafiq, panggilan karib KH Ahmad Muwafiq, mengatakan itu pada pembukaan Muktamar Pemikiran dan Halaqah Kiai/Nyai Muda bertema “Menguatkan Moderasi Beragama Sebagai Gerakan Civil Society” yang digelar selama tiga hari di Pondok Pesantren Al Falak, Pagentongan, Bogor, 13-14 Desember 2021.
Gus Muwafiq menegaskan bahwa moderasi beragama itu sangat penting. Menurutnya, tidak ada satupun di dunia bisa berdiri sendiri. Artinya, moderasi itu adalah memahami bahwa ada sesuatu yang saling membutuhkan dan saling ketergantungan dalam hal apapun. Contohnya, agama butuh moderasi karena agama mengantarkan manusia dari dunia ke akhirat.
Ia melanjutkan, dalam konteks dunia itu temannya banyak. Seperti salat ada temannya yaitu masjid. Kemudian masjid temannya BPN karena ada urusan tanah. Lalu tanah berurusan dengan negara. Sementara haji itu urusan akhirat. Tapi ada urusan dengan pesawat yang justru harus dibuat oleh yahudi, juga urusan dengan perbankan terkait pembiayaan.
“Nah konsep ini harus dipahami. Makanya dunia ini sebenarnya adalah rangkaian dari sekian banyak perbedaan yang disatukan dalam sebuah penyatuan rangkaian-rangkaian yang kadang kita tidak mengerti bahwa kita harus rukun dan saling memahami,” urai Gus Muwafiq.
Tapi, lanjut Gus Muwafiq, masalahnya sekarang masalah moderasi ini bukan dari eksternal, tapi justru di internal umat Islam sendiri. Bagaimanapun pilihan konsep hidup bersama di Indonesia secara agama, telah dipilih para pendiri bangsa dengan konsep Ra’iyyah yaitu “kullukum ro’in, wakullukum mas ulun ‘aro’iyyatihi“ yang artinya setiap kalian adalah pemimpin dan Setiap kalian akan di mintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
“Konsep Ra’iyyah ini adalah konsep dimana hidup bersama dan saling bertanggungjawab. Kita bukan vox populi vox day bukan suara mayoritas itu adalah suara Tuhan karena itu bisa menjadi diktator.,” tutur Gus Muwafiq.
Baca juga :
- Putra Bukit Asam dan Tectona Melangkah ke Babak Kedua Livoli Divisi Satu 2024
- Piala Kapolri 2024: Putri Sulteng dan Putra Kalsel Berbagi Gelar Peringkat Ketiga
- Piala Kapolri 2024: Putra Jatim Versus Jabar di Final
- Piala Kapolri 2024: Putri Kalbar Bertemu Jatim di Final
- Piala Kapolri 2024: Putra Kalsel Pastikan ke Semifinal, Nasib Jatim Ditentukan Jabar vs Sulut
Tapi, lanjutnya, kalau konsep Ra’iyyah adalah konsep rakyat dalam suatu kehidupan yang saling bertanggungjawab.
“Walaupun muslim mayoritas tidak akan menjadi diktator karena semua hidup saling tanggungjawab. Dan khilafah itulah yang bisa menjadi diktator mayoritas,” tukas Gus Muwafiq.
Makanya dalam kehidupan beraneka ragam, berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan puluhan agama, puluhan suku, itu sudah betul. Bahwa para pendiri bangsa menggunakan konsep Islam, dimana orang bisa saling bertanggung jawab dalam konsep Ra’iyyah yang bahasa Indonesia adalah rakyat.
Untuk itulah, Gus Muwafiq meminta kegiatan seperti Muktamar dan Halaqah Kiai/Nyai Muda dengan mengusun konsep Moderasi Beragama harus digelorakan dan dikembangkan. Begitu juga media juga harus mendukung dengan menggaungkan konsep moderasi beragama ini agar menjadi gerakan sosial di masyarakat. Kalau itu terjadi, ia yakin perdamaian dan kemakmuran akan terwujud di Bumi Pertiwi.
“Kalau kita damai, tentram, kita pasti pasti makmur. Sebaliknya, bila rongrongan itu itu terus terjadi, kehidupan pasti tidak akan berjalan dengan baik,” pungkas Gus Muwafiq.
Muktamar Pemikiran dan Halaqah Kiai/Nyai Muda bertema “Menguatkan Moderasi Beragama Sebagai Gerakan Civil Society” diikuti kurang lebih 70 peserta yang terdiri para Kiai dan Nyai muda dari berbagai pondok pesantren di Pulau Jawa dan Madura. Selain pembukaan diisi tausiah moderasi beragama oleh Gus Muwafiq, juga akan hadir para narasumber antara lain mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kapuslitbang Bimas Agama Kemenag Prof. Dr. H. Adlin Sila, Phd, mantan Direktur Pencegahan BNPT Irjen Pol (purn) Ir. Hamli, ME, KH. Abdul Moqsith Ghazali, Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, Ketua RMI PBNU, Abdul Ghaffar Rozin, dan lain-lain.
Puncak kegiatan ini akan dilakukan Deklarasi Kiai Muda NU Untuk Moderasi Beragama pada Rabu (15/12/2021). (*/JCN)