Sultan Minta BSI Bangun Kemitraan Dengan Pelaku Agribisnis Berbasis Digital
![](https://jakcitynews.com/wp-content/uploads/2022/03/tiga-6-1024x576.jpg)
JakCityNews (Jakarta) – Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Sultan B Najamudin mendorong Lembaga keuangan Syari’ah seperti Bank Syari’ah Indonesia (BSI) Indonesia untuk tidak khawatir melakukan pembiayaan dengan membangun kemitraan bersama Segmen industri pertanian khususnya agribisnis tanaman pangan dengan pendekatan digital.
Menurut mantan ketua HIPMI Bengkulu ini, Lembaga keuangan syariah khususnya Bank Syariah Indonesia (BSI) tentu memiliki kepentingan untuk membantu pemerintah dalam memberikan supplay modal usaha bagi petani.
“Kita patut bersyukur, lembaga keuangan Syariah menjadi institusi keuangan yang mampu tumbuh positif di tengah periode krisis Pandemi,” ungkap Anggota Komite IV DPD RI ini melalui keterangan resminya pada Kamis (03/03/2022).
BSI harus memiliki bisnis model yang lebih sederhana dan ramah bagi masyarakat khususnya pelaku industri pertanian. Meskipun permasalahan terkait gap periode dan resiko bisnis pada industri pertanian cukup tinggi.
“Fenomena Pinjaman online adalah contoh betapa pentingnya faktor kemudahan dan penyederhanaan proses pembiayaan dari sebuah lembaga keuangan. Namun harus tetap wajib memperhatikan sisi resiko kemampuan mengembangkan dan mengembalikan atau non performing Fund (NPF),” ujarnya.
Baca juga :
- Hadir Menjadi Pembicara di Lemhannas, Menteri AHY: Butuh Kepemimpinan Transformasional untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045
- Kejuaraan Bola Voli Asia Putra U-20: Timnas Indonesia Berusaha Menang Lawan India
- SEA V League: PBVSI Panggil 14 Pemain Voli Putri
- Optimalisasi Pembangkit Sepanjang 2023, Bikin Kinerja PLN Nusantara Power Melejit
- Kejuaraan Bola Voli Asia Putra U-20 Tahun 2024: Timnas Indonesia Pastikan Langkah ke Perempatfinal
Sultan berharap, BSI bersedia membangun kolaborasi dengan semua kelompok UMK atau kelompok Petani dan nelayan dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan syari’ah dengan pendekatan platform digital. Terutama pelaku agribisnis tanaman palawija seperti kedelai dan jagung.
“Harus diakui bahwa perbankan syariah masih punya kelemahan seperti model bisnis, indeks literasi dan inklusi, kuantitas dan kualitas SDM dan teknologi yang belum memadai,” tutupnya.
Menurut data OJK, pangsa pasar keuangan syariah hampir mencapai Rp 2.000 triliun pada Juli 2021. Nilai itu di luar saham syariah.
Angka itu market share sebesar 10,11% dari total industri keuangan nasional. Sementara itu jika dilihat dari sisi industri perbankan sendiri maka angka market share-nya baru mencapai 6,59%. (Bas/Gatt)