LaNyalla :  Jangan Bangga Jadi Bangsa Yang Tercerabut Dari Akar Budaya Sendiri

JakCityNews (Jakarta) – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan, hasil Amandemen Konstitusi 20 tahun yang lalu, memberikan ruang kekuasaan yang cukup besar kepada Partai Politik. Rakyat, yang notabene pemilik sah kedaulatan negeri ini tidak bisa menghalangi produk hukum yang dihasilkan dari kesepakatan partai politik dan pemerintah. 

“Dalam beberapa kesempatan saya katakan,  Demokrasi di Indonesia hari ini telah berubah arti. Bukan lagi  ‘Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat’. Tetapi telah berubah menjadi  ‘Dari Rakyat, Oleh Partai Politik, dan Untuk Kekuasaan’,” ungkap LaNyalla saat menerima audiensi Poros Nasional Kedaulatan Negara (PNKN) di Gedung Nusantara V, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (28/3/2022).

Semua itu terjadi, jelas LaNyalla, karena  dengan sengaja meninggalkan sistem Demokrasi Pancasila dan Sistem Ekonomi Pancasila, yang merupakan Watak Dasar dan DNA Asli bangsa Indonesia. 

“Kita rela menjadi bangsa lain, menjadi bangsa barat, demi pujian masyarakat internasional, kita adalah negara majemuk yang demokratis, dalam ukuran demokrasi barat. Meskipun yang kita lakukan adalah demokrasi prosedural.  Apa yang kita banggakan dengan Sistem Demokrasi Liberal dan Sistem ekonomi Kapitalistik hari ini?” ujarnya.

Dilanjutkan olehnya,  akar persoalan bangsa ada di sektor Hulu, bukan di sektor Hilir. Sehingga pembenahan bangsa ini harus fundamental. Tidak bisa bersifat Kuratif atau Karitatif. 

“Sejak dilantik sebagai Ketua DPD RI, sebagai wakil daerah, hingga hari ini, saya sudah keliling ke-34 Provinsi dan hampir separuh dari Kabupaten/Kota di Indonesia. Saya menemukan permasalahan yang hampir sama, yaitu kemiskinan, ketimpangan, ketidakadilan, dan kegelisahan masyarakat di daerah yang tidak dapat ikut merasakan kekayaan sumber daya alam di daerahnya. Ini persoalan fundamental yang harus dibenahi,” papar dia. 

LaNyalla mengajak kembali kepada Falsafah yang telah dibuat dan disepakati oleh para pendiri bangsa yaitu Pancasila. Dimana tujuan hakiki dari lahirnya bangsa ini adalah mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

“Kita jangan jadi bangsa yang murtad terhadap jati dirinya. Jangan menjadi generasi durhaka kepada para pendiri bangsa dan jangan bangga menjadi bangsa yang tercerabut dari akar budayanya sendiri. Karena bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai sejarah peradaban, menghargai pemikiran luhur para pendiri bangsa. Dan hanya bangsa yang besar yang berani menyingsingkan lengan untuk berdaulat, mandiri dan berdikari tanpa campur tangan negara lain,” tegasnya. (Bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.