LaNyalla  Terima Kajian Akademik Presidential Threshold Dari HIMAPOL

JakCityNews (Jakarta) –  Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menerima kajian Presidential Treshold yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) Indonesia, Selasa (8/2/2022).

LaNyalla didampingi Staf Khusus Ketua DPD RI Sefdin Syaifudin. Sedangkan dari HIMAPOL hadir Muamar Khadafi M (Ketua Umum), Andi Muhammad Risquillah (Sekretaris Jenderal), Mohamad Faris Balya (Sekdiv Keilmuan), Yustian Dwi Hambali dan Samier Maulana Arrata (Staf Divisi Advokasi) dan anggota lainnya.

Ketua Umum HIMAPOL, Muamar Khadafi menjelaskan,  keberadaan Presidential Threshold yang menyentuh angka 20 persen memberikan banyak dampak negatif, baik dari segi hukum tata negara, politik dan efeknya ke masyarakat.

” HIMAPOL menganggap UU Pemilu perlu dikaji ulang. Mengingat kontestasi pemilu baik pilpres maupun pileg bukan milik parpol semata,” katanya.

Sekretaris Jenderal HIMAPOL, Andi Muhammad Risquillah  menambahkan,  permasalahan demokrasi tidak akan selesai dengan penghapusan Presidential Threshold. Tetapi  harus didampingi aturan lain terutama dengan memperketat syarat pembentukan partai baru.

Baca juga :

“Fungsi parpol jangan hanya menjadi kendaraan politik untuk berkuasa. Namun harus menjadi tempat filter para calon peserta pemilu baik legislatif maupun eksekutif. Perlu diperhatikan dan diatur juga sedemikian rupa sehingga rakyat diberi pilihan calon yang beraneka ragam dan berkualitas bukan menjadi sebatas badut partai politik,” ujar dia.

Dalam kesempatan itu LaNyalla menyampaikan apresiasinya kepada mahasiswa yang notabene anak muda memiliki kesadaran tinggi akan dunia politik.

“Anak muda itu harapan untuk memperbaiki politik di masa depan. Makanya anak muda apalagi mahasiswa harus aware sama politik. Karena kebijakan yang dihasilkan para elite politik pasti akan berdampak ke semua warga, termasuk anak muda juga,” ucap LaNyalla.

LaNyalla mengingatkan, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh negara ini. Oleh karena itu mahasiswa harus lebih peduli pada kondisi negara.

“Para mahasiswa harus kembali pada powernya. Jangan ada ketakutan akan penekanan dari penguasa. Jangan mau dibungkam oleh siapapun,” kata dia. (Bas/Gatt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.